Ada sebuah novel berjudul "Hujan Bulan Juni", menceritakan sebuah perjuangan cinta. Ada masanya kamu harus memperjuangkannya sendiri, karena hanya kamu yang tahu cara terbaik menyelesaikan sebuah masalah. Kepercayaan pun akan diuji seiring pembuktian yang akan kamu lakukan. Pada akhirnya kamulah penentu.
Namun bukan isi novel "Hujan Bulan Juni" yang akan tertuang dalam tulisan ini, melainkan masa-masa yang akan menjadi kenangan bagi seseorang. Pada suatu ketika ketika menatap kalender, mata kita akan terfokus pada angka-angka tertentu. Bisa jadi angka tersebut menunjukkan kapan kita akan bertemu seseorang, orang yang kita kasihi pertamakali lahir ke dunia atau saat dimana angka tersebut mengingatkan kapan terakhir kali kita menemui orang yang kita kasihi.
Sudah tujuh tahun terakhir ini terjadi padaku, setiap penghujun bulan Juni naluri membawaku untuk menatap angka-angka di kalender, disana tertulis dengan jelas "Juli" bulan yang membuat hatiku serasa sesak, terluka namun tak berdarah. Memori lama dalam peti yang disimpan sangat rapi di dasar hati terbuka seketika. Mengingatkan masa dimana perpisahan adalah batas terakhir dari mencintai. Garis yang tak bisa ditolak apalagi sengaja dilewati. Perpisahan yang tak lagi mengenal kata "sampai jumpa" karena yang ada hanya "selamat tinggal" dengan aku yang tertinggal bersama kenangan.
Ketika hujan di bulan Juni doaku hanya satu, Juli tahun ini akan membawa kebahagiaan dan kebaikkan tanpa harus mengulang kesedihan di Juli lalu. Aku akan dengan senang hati berpisah untuk mereka yang kucintai, dengan janiji ada pertemuan abadi di hari nanti. Di hari yang sudah sang pencipta siapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar